Khairul Umam*
Nabi muhammad Saw bersabda Setiap kalian adalah pemimpin dan
setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (HR.
Bukhori). Sebagai orang tua pemimpin atas keluarganya. Seorang ibu pemimpin
atas anak-anaknya, seorang kepala sekolah pemimpin atas pegawai guru dan
murid-muridnya.
Seorang presiden pemimpin atas rakyatnya dan seterusnya, yang menjadi pertanyaan sekarang what is a leadership?
Seorang presiden pemimpin atas rakyatnya dan seterusnya, yang menjadi pertanyaan sekarang what is a leadership?
Leadership?
banyak literatur-literatur
yang telah membahas tentang kepemimpinan, diantaranya kita ambil salah satu
pendapatnya Arvan Pradiyansyah penulis buku bestseller you are a leader, beliau
berpendapat behwa kepemimpinan adalah tindakan, bukan semata-mata jabatan,
leadership is action, not position. Oleh karena yang pertama kali
dibutuhkan oleh seorang pemimpin adalah kinerja bukan hanya sekedar konsep,
teori, apalagi janji-janji palsu, sehingga ujung-ujungnya mengecewakan rakyat.
Danim, Sudarwan. (2006) dalam bukunya Visi Baru Manajemen
Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Berpendapat bahwa kepemimpinan
adalah setiap
tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan dalam islam sendiri kepemimpinan itu tidak jauh berbeda
dengan model kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dasar dan
sistem-sistem yang digunakan tidak jauh berbeda. Kepemimpinan dalam islam
merupakan amanah dan tanggungjawab yang mana pertanggungjawabannya tidak hanya
kepada yang dipimpin saja akan tetapi pertanggungjawabannya juga dihadapan
allah SWT. Sehingga dengan demikian pertanggungjawaban kepemimpinan dalam islam mencakup aspek
horizontal-formal sesama manusia, begitu juga aspek vertikal-moral, yakni
tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat, Allah berfirman dalam Al-quraan
surat Al-mukminu:
Artinya: Dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka dan orang-orang
yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi surga
Firdaus, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Mukminun 8-11)
Dari ayat tersebut di atas Ibnu Abbas menafsirkan bahwa orang
yang memlihara amanah disini yaitu orang-orang yang terhadap
perkara-perkara yang diamanahkan kepada mereka, seperti shaum, wudhu, mandi janabat,
titipan, dan lain sebagainya. Seangkan janjinya baik
terhadap Allah SWT vertikal, maupun terhadap sesama manusia horisontal. Memlihara
yaitu menjaganya dengan cara menunaikannya/take action.
The leader shoul be?
Setelah kita mengetahui apa itu kepemimpinan, baik kepemimpinan
secara umum maupun pemimpin dalam pandangan islam. Maka langkah selanjutnya
yang harus kita ketahui adalah bagaimanakah seharusnya pemimpin itu?
1.
Harus
Menjadi Uswah/teladan bagi yang dipimpin
Keteladan merupakan prinsip dasar kepemimpinan rosulullah SAW.
Dalam kepemimpinannya beliau lebih mengutamakan uswatun hasanah pemberian
contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin ummatnya. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam al-Quran yang artinya:
"Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat
contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan
Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah." (QS. Al-Ahzab, 33: 21)
Disamping itu juga, Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang
sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam al-Qur'an yang artinya:
“Dan Sesungguhnya engkau Muhammad
benar-benar berada dalam akhlak yang agung”. (Q. S. al-Qalam: 4)
Berbicara tentang pemimpin maka figur pemimpin terbaik adalah
muhammad rosulullah SAW. Yang layak untuk kita ikuti dari seluruh aspek hidup
dan kehidupan beliau. Beliau miliki akhlaq yang mulia, akhlaq beliau adalah
al-quran. Sehingga dalam memimpin tidak gampang menyuruh akan tetapi lebih
mengutamakan pada bagaimana beliau mencontohkan sehingga para sahabatnya
mengikuti.
2.
Siap
memimpin dan siap dipimpin
Sebagai pemimpin yang sejati dan penuh tanggungjawab, maka tidak
selayaknya pandai berargumentasi, menyuruh, mengarahkan mengontrol saja. Akan
tetapi harus juga siap dipimpin. Dipimpin disini dalam arti terbuka menerima
kritik saran dan masukan yang membangun baik itu dari bawahannya, mitra
kerjanya, kolega-koleganya para konsumen dan lain sebagainya.
3.
Tidak
meminta jabatan
Jika
seandainya kepemimpinan dijadikan sebagai sebuah profesi yang diperebutkan maka
ujung-ujungnya ketidak iklasan yang terjadi
dalam memimpin, penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik, Memimpin hanya sekedar formalitas,
yang tujuannya agar diagung-agungkan oleh rakyat, demi mencari kekayaan
sehingga permasalahan umat tidak akan pernah terselesaikan karena para
pemimpinnya sibuk denga urusan jabatan. Oleh karena itu, kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai
fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah
yang harus diemban sebaik-baiknya
Sebagaimana
sabda Rasullullah SAW kepada Abdurrahman
bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
”Wahai
Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin.
Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka
kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan
kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
4.
Niat
Yang Lurus
Setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya, jika menjadi seorang
pemimpin niatnya biar kaya dan terkenal, maka kekayaan dan popularitas akan
didapatkan, namun, belum tentu Allah meridhoinya. Sebagaimana Rasulullah
S.A.W bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya.
Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang
ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka
hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (H.R
bukhari-muslim Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khaththāb r.a)
Oleh Karena
itu, hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan Allah
SWT saja, karena sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab
dan beban, bukan kesempatan dan popularitas.
5.
Menasehati
rakyat
Hendaklah sebagai pemimpin yang peduli pada rakyat untuk selalu Menasehati
dan mengingatkan rakyatnya agar selalu tetap berada pada jalan yang benar,
sebab rosulullah bersabda yang artinya:
”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin
lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu
tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
Artinya bahwa tidaklah kebaikan itu dikonsumsi oleh diri sendiri
akan tetapi perlu juga “disebarkan” kepada orang lain. Sebab rosulullah
bersabda sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat kepada manusia
yang lainnya. Begitupun juga seorang pemimpin jika ingin masuk surga dengan
membawa bukti tetesan sejarah keberhasilannya sebagai pemimpin maka nasehatilah
rakyatnya dengan nasehat yang tulus ikhlas lillahi taala.
So..!!!
Dengan demikian, mari kita jadikan kepemimpinan ini sebagai sebuah
amanah dari allah yang nantinya kita akan pertanggungjawabkan dihadapan-Nya.
Sehingga tujuannya pun dalam memimpin tidak lain kecuali karena mengharap
keridhoann-Nya.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
ٱلْعَٰلَمِين
Tidak ada komentar:
Posting Komentar