Tulisan bergerak

سلامات داتاڠ دي سكوله دسار إنتڬرال يابني فسانترين هدايةالله بالتار فنديديكان برباسيس توحيد منديديق دڠان چينتا دان كتلادانان

Jumat, 20 Desember 2013

THE LEADER SHOULD BE?

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم



Khairul Umam*
Nabi muhammad Saw bersabda Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (HR. Bukhori). Sebagai orang tua pemimpin atas keluarganya. Seorang ibu pemimpin atas anak-anaknya, seorang kepala sekolah pemimpin atas pegawai guru dan murid-muridnya.
Seorang presiden pemimpin atas rakyatnya dan seterusnya, yang menjadi pertanyaan sekarang what is a leadership?
Leadership?
 banyak literatur-literatur yang telah membahas tentang kepemimpinan, diantaranya kita ambil salah satu pendapatnya Arvan Pradiyansyah penulis buku bestseller you are a leader, beliau berpendapat behwa kepemimpinan adalah tindakan, bukan semata-mata jabatan, leadership is action, not position. Oleh karena yang pertama kali dibutuhkan oleh seorang pemimpin adalah kinerja bukan hanya sekedar konsep, teori, apalagi janji-janji palsu, sehingga ujung-ujungnya mengecewakan rakyat.
Danim, Sudarwan. (2006) dalam bukunya Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Berpendapat bahwa  kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan dalam islam sendiri kepemimpinan itu tidak jauh berbeda dengan model kepemimpinan pada umumnya, karena prinsip-prinsip dasar dan sistem-sistem yang digunakan tidak jauh berbeda. Kepemimpinan dalam islam merupakan amanah dan tanggungjawab yang mana pertanggungjawabannya tidak hanya kepada yang dipimpin saja akan tetapi pertanggungjawabannya juga dihadapan allah SWT. Sehingga dengan demikian pertanggungjawaban kepemimpinan dalam islam mencakup aspek horizontal-formal sesama manusia, begitu juga aspek vertikal-moral, yakni tanggung jawab kepada Allah SWT di akhirat, Allah berfirman dalam Al-quraan surat Al-mukminu:
Artinya: Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji mereka dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Mukminun 8-11)
Dari ayat tersebut di atas Ibnu Abbas menafsirkan bahwa orang yang memlihara amanah disini yaitu orang-orang yang terhadap perkara-perkara yang diamanahkan kepada mereka, seperti shaum, wudhu, mandi janabat, titipan, dan lain sebagainya. Seangkan janjinya baik terhadap Allah SWT vertikal, maupun terhadap sesama manusia horisontal. Memlihara yaitu menjaganya dengan cara menunaikannya/take action.
The leader shoul be?
Setelah kita mengetahui apa itu kepemimpinan, baik kepemimpinan secara umum maupun pemimpin dalam pandangan islam. Maka langkah selanjutnya yang harus kita ketahui adalah bagaimanakah seharusnya pemimpin itu?
1.      Harus Menjadi Uswah/teladan bagi yang dipimpin
Keteladan merupakan prinsip dasar kepemimpinan rosulullah SAW. Dalam kepemimpinannya beliau lebih mengutamakan uswatun hasanah pemberian contoh kepada para sahabatnya yang dipimpin ummatnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran yang artinya:
"Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah." (QS. Al-Ahzab, 33: 21)

Disamping itu juga,  Rasulullah memang mempunyai kepribadian yang sangat agung, hal ini seperti yang digambarkan dalam al-Qur'an yang artinya:
“Dan Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berada dalam akhlak yang agung”. (Q. S. al-Qalam: 4)
Berbicara tentang pemimpin maka figur pemimpin terbaik adalah muhammad rosulullah SAW. Yang layak untuk kita ikuti dari seluruh aspek hidup dan kehidupan beliau. Beliau miliki akhlaq yang mulia, akhlaq beliau adalah al-quran. Sehingga dalam memimpin tidak gampang menyuruh akan tetapi lebih mengutamakan pada bagaimana beliau mencontohkan sehingga para sahabatnya mengikuti.
2.      Siap memimpin dan siap dipimpin
Sebagai pemimpin yang sejati dan penuh tanggungjawab, maka tidak selayaknya pandai berargumentasi, menyuruh, mengarahkan mengontrol saja. Akan tetapi harus juga siap dipimpin. Dipimpin disini dalam arti terbuka menerima kritik saran dan masukan yang membangun baik itu dari bawahannya, mitra kerjanya, kolega-koleganya para konsumen dan lain sebagainya.
3.      Tidak meminta jabatan
Jika seandainya kepemimpinan dijadikan sebagai sebuah profesi yang diperebutkan maka ujung-ujungnya ketidak iklasan yang terjadi  dalam memimpin, penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik, Memimpin hanya sekedar formalitas,  yang tujuannya agar diagung-agungkan oleh rakyat, demi mencari kekayaan sehingga permasalahan umat tidak akan pernah terselesaikan karena para pemimpinnya sibuk denga urusan jabatan.  Oleh karena itu, kepemimpinan sebaiknya tidak dilihat sebagai fasilitas untuk menguasai, tetapi justru dimaknai sebuah pengorbanan dan amanah yang harus diemban sebaik-baiknya
Sebagaimana sabda Rasullullah SAW  kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim) 
4.      Niat Yang Lurus
Setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya, jika menjadi seorang pemimpin niatnya biar kaya dan terkenal, maka kekayaan dan popularitas akan didapatkan, namun, belum tentu Allah meridhoinya. Sebagaimana Rasulullah S.A.W bersabda:
Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” (H.R bukhari-muslim Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khaththāb r.a)
Oleh Karena itu, hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan Allah SWT saja, karena sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan popularitas.
5.      Menasehati rakyat
Hendaklah sebagai pemimpin yang peduli pada rakyat untuk selalu Menasehati dan mengingatkan rakyatnya agar selalu tetap berada pada jalan yang benar, sebab rosulullah bersabda yang artinya:
Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
Artinya bahwa tidaklah kebaikan itu dikonsumsi oleh diri sendiri akan tetapi perlu juga “disebarkan” kepada orang lain. Sebab rosulullah bersabda sebaik-baik manusia adalah orang yang memberi manfaat kepada manusia yang lainnya. Begitupun juga seorang pemimpin jika ingin masuk surga dengan membawa bukti tetesan sejarah keberhasilannya sebagai pemimpin maka nasehatilah rakyatnya dengan nasehat yang tulus ikhlas lillahi taala.

So..!!!
Dengan demikian, mari kita jadikan kepemimpinan ini sebagai sebuah amanah dari allah yang nantinya kita akan pertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Sehingga tujuannya pun dalam memimpin tidak lain kecuali karena mengharap keridhoann-Nya.
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar